Saturday 1 February 2014

Bandel? Boleh Boleh Aja!

Udin, anak kelas 3 SD yang bandelnya bukan kepalang plus suka berkata jorok. Walaupun masih kecil, tak jarang dia mengeluarkan kalimat-kalimat yang kurang pantas untuk anak seusianya. Mungkin boleh dibilang dewasa sebelum waktunya. Hal itu membuat geram guru-gurunya terutama bu Ani, guru B. Indonesia. Bagaimana tidak, setiap diminta membuat kalimat selalu saja Udin membuat kesal guru. Suatu hari, bu Ani kembali mengajar pelajaran B. Indonesia.


Bu Ani : Coba, siapa yang bisa membuat kalimat yang diawali huruf C?

Udin : Saya buuu!!
Bu Ani : (Mengabaikan udin) hm...silakan Doni!
Doni : Cangkir saya isinya teh manis.
Bu Ani : Bagus! Sekarang dari huruf G, siapa yang bisa?
Udin : Saya buuu!!
Bu Ani : (Lagi-lagi mengabaikan udin) oh, silakan Marni!
Marni : Garuda adalah lambang negara kita
Bu Ani : Bagus! Terakhir, dari huruf Z, siapa yang bisa?
Udin : Bu...saya dari tadi kok gak dikasih?
Bu Ani : (Dengan terpaksa). Oh maaf, silakan Udin!
Udin : Zainal....
Bu Ani : (Merasa lega "kayaknya gak mungkin dia bikin kalimat jorok"). Silakan dilanjut!
Udin : Zainal...burungnya gede.
Bu Ani : @#$%^&*

Saya yakin, sebagian besar dari anda menginginkan punya anak penurut, tidak bandel seperti cerita diatas, iya kan? Pasti kebanyakan inginnya punya anak penurut yang nggak neko-neko, iya kan? Hmmm...boleh sih, tapi coba simak dulu hasil penelitian dibawah ini :

Banyak sekali yg bertanya pada saya; "bagaimana sih supaya anakku jd anak penurut?", biasanya saya tanya balik; "serius pengen punya anak penurut? Udah tau belum resikonya punya anak penurut? Pengen punya anak penurut / anak yang secara mandiri sanggup ambil keputusan?", waaa bingung kan? Hehe. Begini, kalau anak terbiasa suruh nurut maka ia dirumah akan nurut sama kita, lha tapi diluar nurut sama siapa? Kalo dirumah kusirnya kita & anak harus selalu jadi delman selalu nurut kemana kata kusir, lha kalo diluar kusirnya siapa? diluar akan berpotensi ia mudah sekali nurut sama orang lain karena udah terbiasa dengan pola tersebut, lha terus orang lain itu siapa? Bisakah kita jamin orang tersebut punya pengaruh yang baik?

Teman2 ortu yg saya sayangi, dijaman begini lebih masuk akal punya anak yang secara mandiri sanggup ambil keputusan berdasar pertimbangan resiko ketimbang punya anak penurut, anak yg secara mandiri sanggup ambil keputusan tidak akan serta merta mudah nurut ke orang lain apalagi kalau pengaruhnya tidak baik karena sudah terbiasa ambil keputusan sendiri dengan timbang2 resikonya dulu. Jadi kalo mengeluh anak suka ngeyel maka sebetulnya bersyukurlah karena itu bibit awal anak belajar ambil keputusan, belajar punya pendirian, disitulah peran ortu untuk suguhkan menu pilihan keputusan yang bisa anak pilih & paparkan apa saja resiko dibalik masing2 pilihan tersebut, sehingga anak terbiasa timbang2 dulu resikonya sebelum putusin mau lakukan suatu hal, tidak asal nurut saja apa yang orang lain katakan / pilihkan. Jadi, masih tertarik punya anak penurut?

Materi untuk tulisan ini diambil dari broadcast nya @anakjugamanusia karena kami rasa bermanfaat maka kami putuskan untuk mempostingnya. Dengan sedikit improvisasi maka jadilah tulisan ini. Jika anda merasa tulisan ini bermanfaat, silakan share supaya orang lain bisa baca.

Sekian. Terimakasih atas kunjungan Anda :)

No comments :

Post a Comment